KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) menyebut, wabah virus corona menekan aktivitas bisnis industri mainan dalam negeri. Tak hanya penjualan, ternyata aktivitas bisnis industri mainan terganggu mulai dari produksi hingga distribusi.
Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas menyatakan, rata-rata penurunan penjualan mainan saat ini sudah sebesar 30%. Dia pun berharap, wabah virus corona cepat berlalu sehingga industri mainan bisa kembali bangkit.
“Memang perlu waktu yang lama untuk bangkit sehingga saat ini kami hanya dapat bertahan dengan efisiensi biaya pabrik,” kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (1/4).
Sutjiadi menyatakan, efisiensi tersebut adalah mengurangi waktu kerja pabrik dari dua shift jadi satu shift kerja bergantian tiga hari sekali.
Lebih lanjut, jika kondisi ini berlanjut, ada peluang di industri mainan menerapkan pengurangan shift dari kerja tiga hari menjadi seminggu sekali. Ini dengan catatan, penyebaran virus corona masih terjadi sampai Idul Fitri atau awal Juni.
“Kasihan juga buruh harian kalau sampai di PHK semoga awal Juni semua bisa ditanggulangi dan.ekonomi dapat normal,” tambah dia.
Sentimen lain yang menekan industri mainan adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dengan posisi rupiah di atas Rp 16.000 per dolar AS, diakui Sutjiadi akan menggerus profit pengusaha, dan bukannya tidak mungkin malah menyebabkan kerugian.
Kini, sejumlah pelaku industri mainan sudah berhenti beroperasi, seperti importir. Ini akibat dari pelemahan mata uang Garuda, yang sudah melemah 18,49% sepanjang tahun ini.
Adapun untuk produsen lokal sejauh ini hanya menghabiskan stok komponen, lantas produsen tanpa komponen hanya mengandalkan cetakan mesin injeksi.
Di saat yang sama, menurut pantauan Sutjiadi, penjualan mainan secara rata-rata sudah turun sekitar 25%-30% karena banyak distributor yang tutup.